Sepeda pertamaku…
Dari kecil sampai dengan saat ini
aku pernah mempunyai 3 sepeda. Sepeda pertamaku aku dapatkan pada saat aku
kelas 5 SD. Sebuah sepeda mini berwarna merah muda, kuberi nama Dekky. Sepeda
ini sangat kuat sekali terbukti aku memakainya sampai dengan kelas 3 SMA.
Aku termasuk orang yang slebor
kalau naik sepeda jadi tidak heran kalau aku sering menabrak dan terjatuh.
Kecelakaan dengan sepeda yang masih tergambar jelas dalam ingatanku adalah pada
saat aku kelas 5 SD. Sepedaku masih baru saat itu, aku sangat bangga bisa
bersepeda ke sekolah tetapi orang tuaku tidak begitu saja melepasku bersepeda
sendiri. Mereka mengiringi aku bersepeda sambil berangkat ke tempat kerja
dengan menggunakan motor. Pada saat melewati perempatan saat itu belum ada
traffic light di kotaku, aku mendahului motor ortu. Aku melihat kearah jalan
dari arah berwalanan tetapi ternyata aku malah tidak memperhatikan jalan
didepanku..saat tersadar aku sudah jatuh terduduk di tengah perempatan dengan
gerobak kue yang tergolek tak berdaya dan sepeda Dekky ku teronggok dengan
manisnya diatas gerobak kue. Penjual kue
seorang bapak tua sangat marah kepadaku dan orangtuaku. Dia menuntut ganti rugi
atas kerusakan kue-kuenya akibat gerobaknya jatuh. Anehnya aku tidak mengalami
luka sedikitpun, hanya saja pantatku terasa sakit sekali. Untungnya aku tidak
merasa trauma naik sepeda.
Saat aku beranjak remaja dan
sudah duduk di bangku SMA sepeda Dekky masih setia bersamaku. Meskipun
kondisinya tidak secantik dulu lagi. Warna merah mudanya sudah terlihat pudar,
catnya terkelupas disana-sini, keranjangnya penyok karena sering terjatuh serta jok boncengannya sudah tidak ada lagi.
Nama Dekky pun berubah menjadi Belalang Tempur. Aku tidak merasa malu bersepeda
pergi ke sekolah, saat itu teman-temanku terlihat lebih gagah dengan menaiki
motor baru. Sedangkan aku bersepeda beramai-ramai dengan anak-anak SMP.
Suatu sore..aku menuju sekolah
untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan tentunya dengan sepeda belalang
tempurku. Mungkin aku sedang melamun, atau aku lagi tidak
konsentrasi..tiba-tiba aku sudah terjatuh di aspal yang keras. Kaget sekali,
aku belum menyadari apa yang terjadi. Ternyata..aku menabrak mobil jeep tentara
yang sedang parkir dipinggir jalan. Seorang bapak keluar dari dalam mobil dan
membantuku berdiri. Untungnya aku tidak terluka sama sekali tapi tidak belalang
tempur, roda depannya sudah menjadi angka delapan. Bapak itu sampai
geleng-geleng kepala terheran-heran kenapa aku bisa menabrak mobil yang
berhenti. Tidak terkatakan betapa malunya aku. Bapak itu menyarankan aku untuk
memperbaiki sepeda ke bengkel diseberang jalan dan dia berjanji akan mengganti
ongkosnya. Aku tidak membawa sepedaku ke bengkel itu tetapi ke tempat tanteku
yang kebetulan tidak jauh. Aku merasa tidak enak dengan bapak itu kalau sampai
mengganti ongkos perbaikannya, tapi kalau aku perbaiki sendiri aku tidak
membawa uang. Terpaksalah belalang tempur menginap dulu di tempat tante.
Sepeda keduaku…
Adalah sepeda gunung berwarna kuning dan biru
dan kuberi nama Kubby. Sepeda ini aku beli dengan uangku sendiri karena saat
itu aku sudah bekerja. Aku bekerja di suatu perkebunan kelapa sawit di
Kalimantan Tengah. Jarak antara kantorku dan lokasi perumahan karyawan sekitar
2 km. Sebenarnya ada fasilitas mobil untuk antar jemput karyawan. Karena aku
sangat suka bersepeda maka aku lebih memilih naik sepeda ke kantor. Sangat
mengasyikkan rasanya bersepeda di jalan tanah bertabur latrit dan diantara
pepohonan kelapa sawit. Tinggal di perkebunan yang jauh dari keramaian dan
minim hiburan, bersepeda adalah kegiatan yang menghibur bagiku.
Karena hanya aku satu-satunya
yang naik sepeda pergi kekantor maka sepedaku sering jadi sasaran keusilan
teman-temanku. Aku pernah kebingungan takala tidak menemukan sepedaku ditempat
parkir. Hari itu aku banyak pekerjaan sehingga aku baru bisa pulang setelah
sore mulai menghilang. Aku merasa capek sekali ingin rasanya cepat-cepat pulang
dan beristirahat tapi aku panik ketika tidak menemukan sepedaku. Ternyata ada
orang yang jahil dan niat sekali untuk membuatku kesal. Ada yang menaruh
sepedaku di atas atap tempat parkir. Aku bingung bagaimana mungkin sepeda itu
bisa sampai di atas atap? Akhirnya aku pulang dengan menumpang mobil managerku.
Sepanjang jalan pulang pak manager mentertawakan kejadian itu. Aku masih
menahan marah dan berniat mencari orang iseng tersebut. Besok paginya sepedaku
sudah kembali diparkir ditempat semula.
Pernah juga aku menemukan tulisan
yang ditempelkan disepedaku “ Sepeda ini dijual cepat, hubungi no hp 08127869xxx .pemiliknya butuh
uang buat kawin” Teman-temanku memang sudah kelewatan.
Sepeda ketigaku..
Sepeda lipat berwarna putih,
cantik sekali. Sudah lama aku bermimpi mempunyai sepeda lipat karena aku
menyukai bentuknya yang lucu, tetapi uangku tidak cukup untuk membeli sepeda
lipat. Aku bercerita kepada temanku kalau aku sedang mengimpikan sepeda lipat.
Kejutan.. tidak disangka sepeda itu sekarang bisa aku miliki. Hadiah special
dari teman baikku itu. Mungkin besok aku akan bercerita lagi kalau aku bermimpi
mempunyai kamera SLR..hehehehe.
Sepeda ini kuberi nama “Magen”
kepanjangan dari Mama Gendut, karena saat itu badanku agak gemuk dan aku
menggunakan Magen berolahraga untuk membakar kalori. Hasilnya aku bisa
menurunkan berat badanku kembali ideal. Belum banyak cerita tentang Magen,
karena aku sering tugas keluar kota dan jarang mempunyai waktu bersenang-senang
bersama Magen. Setidaknya aku bisa membawa putri kecilku keliling komplek
perumahan naik sepeda selepas pulang kerja.
@Kebun Sawit : diantara dedaunan
sawit yang berwarna merah bata karena debu tanah merah.
27 Oktober 2011
Komentar
Posting Komentar