Aku yakin tidak semua orang
mempunyai pengalaman yang langka seperti ini. Karena kebanyakan dari kita akan
merasa risih dan tidak nyaman kalau tidur dalam satu kamar harus berbagi dengan
6, 8 atau bahkan 20 orang. Bagi para traveler ataupun Backpacker menginap di
Hostel adalah hal yang biasa bahkan menjadi pilihan utama karena harganya yang
murah.
Tapi bagi teman-temanku yang terbiasa menginap di hotel yang nyaman
*sudah nyaman masih ada aja yang di complain, kamar mandinya transparan, atau
kamarnya yang sempit, atau complain karena harus sharing room ama teman*
menginap di hostel mungkin akan menjadi masalah. Makanya sebelum aku booking
hostel untuk kami berempat aku jelaskan dulu adat istiadat tinggal di hostel.
Denger ya teman-teman “Hostel itu kondisinya sangat-sangat sederhana, semua
fasilitas yang disediakan di Hostel digunakan untuk semua penghuni, sekamar
dengan beberapa orang yang tidak kita kenal, berbagi kamar mandi dan toilet,
nggak ada room service, nggak ada bell boy, bahkan kadang nggak pake breakfast.
Harus punya toleransi yang tinggi, nggak boleh berisik, nggak boleh banyak
tingkah”
Awalnya ke 3 temanku sepakat
bilang “nggak masalah, its okay, ya mau gimana lagi daripada nginap di hotel
mahal nanti kita nggak bisa shopping.” Aku merasa lega mereka sudah
menyadarinya..
Kenapa sih kami harus menginap di
Hostel? karena kami sepakat untuk menambah 1 hari lagi tinggal di Singapore
setelah acara RT 10 usai, tujuannya agar ada waktu untuk jalan-jalan, shoping
dll yang tidak sempat dilakukan selama RT 10 berlangsung. Kalau tetap tinggal
di hotel harus bayar pribadi tidak ditanggung perusahaan, jadinya kami sepakat
untuk memilih tinggal di hostel yang jauh lebih murah. Tinggal di hotel harus
bayar SGD 200 untuk sharing room sedangkan tinggal di Hostel SGD 18 per orang.
Anggota jalan-jalan ini ada aku, Olla, Jules, pak Alfat dan ada tambahan Pak
Henry teman dari Serawak Malaysia.
Aku sudah booking hostel lewat
internet, pemilihan hostel ini atas kesepakatan teman-teman setelah aku berikan
beberapa opsi penawaran hostel di situs hostelworld. Kuncinya adalah boleh
sharing room dengan orang lain tetapi harus cowok sama cowok dan cewek sama
cewek. Susah juga memilih criteria seperti itu karena kebanyakan informasi
hanya menuliskan mix room tanpa ada keterangan just male or just female. Kami
sepakat untuk memilih hostel Ideal Backpacker yang terletak di dekat kawasan
Musthafa Center. Hanya Ideal Backpacker yang memisahkan kamar berdasarkan jenis
kelamin, bahkan kamar mandinya pun terpisah lokasinya antara kamar mandi untuk
cowok dan kamar mandi untuk cewek.
Hari terakhir kami di Bay Hotel
yang terletak di kawasan Front Harbour setelah 4 hari menginap, hotel ini tidak
bersahabat dengan kantong kami depositnya aja SGD 250. Saatnya kami check out
dan pindah ke Hostel Ideal Bacpaker. Karena barang kami lumayan banyak dan
haripun hujan maka kami meminta resepsionis menyediakan 2 taxi. Ternyata jarak
dari Bay Hotel ke Hostel Ideal Backpacker lumayan dekat hanya bayar SGD 10, dan
dibayar patungan 3 orang.
Kami sampai di satu pertokoan di
pintu yang bertuliskan “ Ideal Backpacker”. Kami harus naik tangga ke lantai 4,
dengan membawa koper dan ransel. Sebenarnya ada lift untuk naik, tetapi kami
tidak tahu dimana keberadaan lift tersebut. Dengan nafas seperti orang yang
baru lari marathon kami pun sampai di lantai 4 tempat hostel berada. Pak Alfat
dan Pak Henry yang lebih senior diantara kami *perkataan yang halus untuk
ngatain orang tua hahaha..* terlihat sangat kecapekan. Pak Alfat mengeluh
kakinya sakit. Keluhan pertama hehehe. Ternyata lift yang dicari ada di depan
meja resepsionis,dan dibawah letaknya dijalan belakang, kenapa didepan tadi gak
dikasih tanda ya??
Setelah selesai urusan pembayaran
dan pembagian kamar kami pun segera menuju kamar masing-masing. Aku dan Olla
sekamar dengan seorang ibu yang cukup tua, sepertinya dia tinggal permanen
dikamar ini dilihat dari banyaknya barang pribadinya. Kamarnya cukup bersih dan
kasurnya lumayan empuk terdapat 6 bunk bed, tapi mala mini hanya dihuni oleh
kami ber 3 saja, ada AC dan yang mengejutkan ada TV LCD ukuran 52 inch. Gimana
nontonnya ya, kamar sempit ini dengan TV segede gaban. Masalah yang kedua
adalah locker untuk menyimpan barang sangat kecil dan hanya tersedia 2 untuk
kami ber 5. Padahal kami masing-masing membawa laptop dan 3 camera trap
titipannya Calley untuk dibawa ke unit kami masing-masing.
Ternyata enak aja menginap di
Hostel, pengalaman pertama ini tidak terlalu buruk..kondisinya memang sederhana
dan apa adanya. Memang benar ada harga ada rupa, mau tidur aman dan nyaman
silahkan untuk memilih Hotel ketimbang Hostel.
Komentar
Posting Komentar